Dua hari lalu, seorang tokoh Islam yang mengklaim dirinya moderat mengunggah sebuah utas di jagat Twitter. Mantan santri organisasi Islam terbesar di negeri Konoha ini menganggungkan teori asal mula semesta versi Stephen Hawking. Dalam buku Big Answer To The Big Guestions disebutkan awal mula kehidupan diawali ledakan besar yang digerakkan mekanika kuantum tanpa campur tangan Tuhan.
Secara tersirat, ia ingin mencemooh sebagian besar ummat yang memilik keyakinan yang sama dengannya masih berdebat soal yang tidak substantif. Mulai soal halal-haram, ajaran sesat dan kafir-mengkafirkan. Tapi ia tak sadar, teori Big Bang bukan hal baru bagi cendekiawan dan umat muslim. Sejak 15 abad yang lalu, Allah SWT telah menyampaikan pesan dalam beberapa surah dan ayat tentang proses penciptaan langit dan bumi.
Menurut prof Thomas Djamaluddin, teori penciptaan semesta disebutkan dalam surah Al-Anbiya’ ayat 30, surah Az-Zariyat ayat 47, surah An-Nazi’at ayat 31 dan surah Fussilat ayat 10.
“Penciptaan alam semesta dalam Al-Qur’an dijelaskan melalui teori Big Bang. Dalam surah Al-Anbiya ayat 30 : Langit dan bumi awalnya bersatu sekitar 12-20 miliar tahun lalu. Ledakan pada hakikatnya adalah pengembangan ruang yang dalam surah Az-Zariyat ayat 47 disebutkan Allah SWT kuasa meluaskan langi,” kata peneliti Lapan ini.
Tokoh yang begitu betul menyampanyekan radikal-radikul ini lalu menganggungkan tokoh-tokoh Ateis yang katanya telah banyak menyumbangkan pemikiran tentang ilmu pengetahuan. Dari asumsi itulah, ia merasa negara harus hadir memberi kebebasan agar orang-orang yang berpaham Ateis bebas mengembangkan keyakinanannya layaknya agama. Padahal jika menarik sejarah ke belakang, tidak sedikit intelektual muslim yang mewariskan dunia ilmu pengetahuan.
Di bidang Astronomi, tidak sedikit cendekiawan muslim yang menyumbangkan karya bagi ilmu pengetahuan. Manusia bisa mengetahui berapa hari bumi mengitari Matahari berkat ilmuwan muslim yang bernama Al Battani. Di kalangan orientalis, ia dikenal dengan nama Albertinus. Sama seperti Ibnu Sina yang diplesetkan menjadi Aviecena yang juga dijuluki Bapak Kesehatan Modern.
Ada pula seorang astronom populer abad ke-9 Al Farghani. Penelitian dimulai di era Khalifah Al-Ma’mum di Irak. Berkat Al Farghani, penghuni bumi bisa mengetahui cara mengukur diameter bumi, jarak juga diameter berbagai macam planet lainnya. Karyanya dijabarkan dalam buku “Harakat as-Samawiyya wa Jawami Ilm an-Nujum”.
Kontribusi besar pengetahuan tentang pergerakan matahari dan planet juga merupakan karya ilmuwan muslim Abdul Alrahman Alsufi. Karya tertuang dalam buku berbau Arab yakni kitab Aal-Kawatib al-Thabit al-Musawwar yang kemudian dikenal dengan Book Of Fixed Stars
Tak cukup menyebutkan satu persatu intelektual Islam yang punya sumbangsih besar pada pengetahuan. Sejumlah tokoh ini hanya sebagai sampel. Masih ada fisikawan Iran, Ibnu Alhaytham. Hasil penelitian yang menjadi dasar dalam pembuatan mikroskop dan teleskop. Intinya, tak perlu saling mengusung dadalah. Semua punya kontribusi bagi dunia.
Kalau mau jadi Ateis jujurlah. Jangan berlindung dalam jubah Islam dengan terus mengagungkan materialistis. Seperti kata Alquran. Lakum Dinakum Walyadin …..
Kendari10082023