Menepi di ujung kota. Menikmati eksotisme Teluk Kendari di atas batu karang Pantai Mayaria. Deburan ombak yang menghempas batu karang menjadi alunan syahdu. Itulah suara alam.
Pukul 05.20 WITA, penghuni kota sebagian masih tergolek di kasur empuk. Cuaca yang sejuk membuat tubuh enggan beraktivitas. Terkadang manusia tidak menyadari ada sepenggal momen yang membuat jiwa menjadi damai tapi kerap dilewatkan.
Di ujung timur. Sinar mentari mulai menerobos awan. Warna terlihat mencolok di hamparan langit kelabu. Satu persatu perahu nelayan keluar teluk menuju lautan lepas. Suara mesin tok-tok perahu nelayan berpadu dengan alam.
Tiba-tiba sy merasa bersyukur. Ketika kita masih mengeluh dengan berbagai kekurangan, nelayan tetap semangat. Mereka rela bertarung nyawa di tengah laut hanya untuk menjemput rejeki di kala sebagian orang masih terlelap. Sadarkah kita, nelayan tak hanya menangkap ikan. Ada harapan, tuntutan hidup atau mungkin hutang yang harus terbayarkan.
15 menit memandang panorama teluk Kendari cukup membuat jiwa adem. Deburan ombak terasa menggoda. Apalagi istri dan dua bocah kecilku sudah lebih dulu nyempung di tepi pantai. Hangatnya air laut seakan menjadi peredam sejuknya udara pagi. Ditambah hembusan angin yg bertiup sepoi-sepoi.
Jelang pukul 6, pantai yang ditadinya hanya kami berempat mulai kedatangan pengunjung. Sebagian besar pengunjungnya masih warga sekitaran Kota Lama. Tidak hanya mandi, ada juga pengunjung yg ingin terapi air laut. Mayaria menjadi lokasi alternatif sebab lebih dekat.
Di masanya, pantai Mayaria menjadi objek wisata favorit. Selain lokasinya dekat dari perkotaan, pantai ini dilengkapi fasilitas pendukung. Seiring perkembangan Kota Kendari, pantai Mayaria dianggap sudah tidak representatif lagi. Apalagi banyak bermunculan pantai dan resort yang menawarkan sensasi berbeda.
Perlahan pantai Mayaria mulai diupakan. Dari pada merugi, pengelola memilih kabur. Pada akhirnya, pengunjungnya hanya segelintir warga sekitar dan mereka yang sudah sepuh datang berkunjung hanya sekedar ingin bernostalgia.
Tak hanya dilupakan, warga sudah tak peduli. Saat ada rencana pembangunan jalan Wisata Kendari-Toronipa, suara penolakan agar Pantai Mayaria tak tergusur seakan tak terdengar. Hingga akhirnya, luas area pantai Mayaria sudah semakin sempit. Bahkan tak bisa dikatakan lagi pantai. Sebab panjang pasir pantainya kurang dari 15 meter. Sisanya hanya onggokan batu karang.
Pantai Mayaria, kamu tak lagi dipuja. Kamu hanya bagian dari peradaban yg suatu saat akan punah. Yang abadi hanya suara alam. Sensasi deburan ombak pagi ini bisa jadi sama ketika Jacques Nicholas Vosmaer menginjakkan kaki di tanah Kendari tahun 1831. Wallahu Alam
Kendari 06112022